Category Archives: Renungan Ke-25

Merayakan Universalitas Islam

                                                    Artikel Ke-25
                                       Oleh: Syarif Hidayat Santoso

Fitrah adalah universal. Idul Fitri merupakan perayaan kembali menuju fitrah. Islam sendiri membangun konsep kosmologis, teosentris dan antroposentrisnya berdasar fitrah. Ironisnya, banyak umat Islam tak sadar, bahwa Idul Fitri memiliki misi dakwah internasional, mengabarkan kembali fitrah kemanusiaan yang selama ini tersembunyi.

Ar Ruum 30 menjelaskan fitrah tauhid pada diri setiap manusia. ”Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah. Tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus”. Menurut Ar Ruum 30, fitrah berarti prinsip kesadaran bertauhid pada diri manusia. Hal ini ditegaskan oleh Al Mu’minuun 52-53 bahwa tauhid adalah pondasi fundamental agama seluruh manusia, hanya para pengikut para rasul saja yang telah mengubah prinsip hidup ini. Dalam mengajarkan fitrah tauhid, Tuhan menggunakan dua cara. Pertama disebarkan melalui para rasul ke berbagai penjuru dunia (Surat An Nahl:36). Kedua, melalui perjanjian universal eskatologis-psikologis dalam diri setiap manusia sejak dalam kandungan (Al A’raaf :172).

Eksposisi ayat-ayat diatas melukiskan konklusi bahwa tauhid merupakan prinsip agama-agama seluruh dunia. Hanya, sebagaimana dijelaskan oleh Quran sendiri, distorsi telah terjadi diantara pengikut para rasul terutama setelah meninggalnya para rasul tersebut. Boleh jadi, agama-agama pra Islam merupakan agama wahyu yang telah terdistorsi. Quran memang hanya menyebut Yahudi dan Nasrani sebagai agama wahyu (samawi) yang telah terdistorsi. Namun, logika An Nahl 36 menjelaskan bahwa seluruh bangsa di muka bumi ini pernah kedatangan nabi untuk menyebarkan risalah tauhid, hanya saja sifatnya primordial dan spesial untuk geografi tertentu.

Sejumlah hadits menyebut terdapat 124 ribu nabi dan 313 rasul dikirim ke seluruh bangsa di muka bumi, hanya saja risalah para nabi itu tak sekompleks ajaran Islam. Fitrah-fitrah tersebut dapat dinamakan sebagai fitrah lokal, sebelum kedatangan fitrah terbesar dalam sejarah yang menyempurnakan dan menyatukan semua risalah para nabi yaitu agama Islam. Al Masdoosi menyebutkan tiga tipe geografis kultur dari seluruh agama dunia. Yaitu Semit (Yahudi, Kristen, Islam) kemudian Mongolian (Kong Hu Cu, Tao, Shinto) serta Arya (Hindu, Majuzi, Budha). Sebenarnya kita tidak sepakat dengan Al Masdoosi ketika memasukkan Islam sebagai agama Semit, meski tak dapat dipungkiri kalau Islam lahir dari kultur Arab, salah satu jalur geneologis Semitisme selain Bani Israil. Islam memang lahir dari satu kultur tapi dia menyerap dan menyempurnakan segala kultur.

Maulana Abdul Haq Vidyarthi India menjelaskan panjang lebar dalam buku fenomenalnya Muhammad dalam Kitab Dunia, bahwa Islam dan nabi Muhammad tidak saja diramalkan oleh agama-agama semit namun juga oleh agama Mongolian dan juga Arya, tentu saja dengan berbagai nama berbeda namun beresensi sama. Wajar, karena para nabi berbicara sesuai bahasa kaumnya (Ibrahim:4). Dilihat dari prinsip ini, maka agama-agama di luar Islam dapat diibaratkan sebagai sungai-sungai yang mengalir menuju muara dari semua sungai di dunia yaitu samudera Islam.

Inilah prinsip utama fitrah..Kita harus meyakini bahwa fitrah terdapat di seluruh agama, di semua manusia. Namun sebagaimana dijelaskan, fitrah-fitrah tersebut telah terdistorsi dari jalur tauhid yang benar. Tugas kita adalah mengabarkan fitrah itu kembali kehadapan dunia. Konteks religiositas masa kini menunjukkan bahwa proses pencarian tentang Tuhan baru sedang melanda seluruh dunia. Di barat warna pencarian kebenaran mengental sejak 3 abad terakhir. Meski fokus pemikiran di barat lebih kepada proses mencari (spirit of inquiry) semata. Barat telah membunuh Tuhan, tapi barat masa kini justru sedang mencari Tuhan baru. Mulai dari teosofi, meditasi, yoga sampai redefinisi konsep ketuhanan. Uniknya, hasil redefinisi ketuhanan modern malah ada yang mendekati konsep Islam. Karl Paret menyimpulkan, Isa hanyalah manusia pilihan, bukan Tuhan. Sementara Jesuit Karl Raner menyimpulkan bahwa Isa adalah seorang manusia yang menyerahkan total hidupnya kepada Allah (Murad.W.Hoffman:2000).

Banyak pakar barat sendiri mengakui transformasi Islam pada masa kejayaan Islam di Eropa yang ditransfer dari tiga tempat. Spanyol di barat, Sicilia Italia di tengah dan Turki Ustmani di timur. Maka tradisi Farso-Arabo-Islamica menjadi bagian penting selain Yudeo-Christendom dan Greco-Romanum. Ketidaksinergisan barat dengan Islam justru karena salah tafsir nilai Islam oleh barat. Tariq Ramadhan (2003) mengatakan bahwa salah tafsir barat tersebut berporos pada kesalahan pemetaan terhadap konsep pembedaan (distinction) dengan perceraian (divorce). Dalam Islam, berbagai konsep memang dibedakan tapi tidak diceraikan. Islam membedakan antara syariah, muamalah, akidah dan ibadah. Tapi Islam tak memisahkan antara konsep dan operasionalisasi konsep-konsep tersebut. Sekulerisme menurut Tariq adalah salah tafsir barat terhadap aspek pembedaan dalam Islam.

Fitrah berupaya meluruskan kembali apa yang disebut Ibnu Al Arabi sebagai Al Haqqul makhluq fil i’tiqad (Tuhan yang diciptakan dalam kepercayaan). Banyak manusia telah menciptakan sendiri gagasan, ide dan konsepnya tentang Tuhan. Akibatnya, fitrah tauhid menjadi kabur. Di era modern ini, konsep tentang Allah dalam berbagai agama dan mazhab menjadi begitu beragam. Islam telah melatih umatnya untuk mencapai kembali pemahaman hakiki tentang Tuhan yang benar. Aneka ibadah dalam ramadan pada dasarnya merupakan kesiapan partikular umat Islam untuk mencapai kondisi fitrah universal.

Hari ini fitrah tauhid berkibar di berbagai penjuru dunia. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, jumlah umat Islam melampaui umat Katolik. Islampun mendapat predikat sebagai the fastest growing religion (agama paling cepat pertumbuhannya) di dunia. Kini, suara azan bergema bukan cuma di kota-kota megapolitan seperti New York, Paris, London, Montreal tapi juga pedalaman Alaska dan Scotlandia. Berbondong-bondongnya orang barat dari berbagai lapisan umur dan sosial memeluk agama Islam menunjukkan benarnya fitrah tauhid. Dalam tahun-tahun kedepan kita akan menyaksikan kebenaran risalah nabi Muhammad di berbagai negara barat. Kita juga diingatkan ucapan Bernard Shaw. ”Islam akan mendominasi London kurang dari seratus tahun yang akan datang. Maka mari merayakan fitrah dengan benar. Selamat Idul Fitri. Mohon Maaf Lahir dan Batin.